Selamat Datang di Dunia Dudulzz Kazekage

Jumat, 07 Agustus 2009

Balada Tua (Inspirasiku....)

Tersebutlah seorang sosok lelaki tua yang sudah beruban total. Beliau adalah seorang
pensiunan pegawai negeri sipil dari staf rendahan.
Dengan beban keluarga yang masih berat yang harus dipikulnya. Beliau mempunyai seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki serta seorang istri yang sangat setia mendukungnya baik dalam suka dan duka.

Sebut saja bapak tua itu dengan nama Salimin. Bapak yang selalu tegar dan tidak pernah putus
asa itu begitu ulet. Usaha apapun beliau lakukan untuk mendapatkan rejeki yang halal dan
barokah. Sudah lebih dari setengah abad beliau menjalani kehidupan ini dengan penuh
lika-liku. Beliau tidak pernah meminta sesuatu yang lebih karena memang beliau adalah orang
yang sederhana. Sering kali beliau ditipu dan tidak mendapatkan bayaran yang seharusnya
untuk pekerjaan yang telah beliau lakukan. Tetapi beliau tetap saja tabah dan sabar dalam
menghadapi semuanya. Hal yang ada di benaknya adalah, semua rejeki adalah milik Tuhan. Yang
kita miliki saat ini adalah titipan dari Tuhan, jadi beliau yakin semua yang terjadi itu ada
hikmahnya. Hal tersebut beliau tanamkan kepada keluarganya. Hingga seluruh anggota keluarga
menjadi sosok-sosok yang selalu menerima apa adanya.

Setelah pensiun, Bapak Salimin mempunyai usaha persewaan sound system yang didukung oleh
keluarganya. Setiap ada persewaan, keluarganya selalu mendukung dan membantu aksi beliau
dalam mengoperasikan sound system.

Suatu ketika, anak perempuannya menelpon beliau dan mengabarkan bahwa di kantornya saat itu sedang membutuhkan sound system yang sifatnya mendadak dan mendesak.

"Pak, hari ini Bu Rika mau pinjem sound...dadakan..buat rapat. Kebetulan lupa cari sewaan
kemarin", ujar Eni anak perempuannya.
"Lho..kok dadakan? Waduh...ya sudah aku siapkan sekarang.", jawab sang Bapak.

Beberapa jam kemudian, Eni beserta salah seorang teman kerjanya sampai ke rumah tua yang
dindingnya sudah retak-retak termakan usia, dengan kayu-kayu yang hampir semuanya lapuk
dimakan rayap.

Lalu Mas Har, teman sekantor Eni membantu Pak Salimin memasukkan sound system ke dalam
mobil. Setelah semua masuk, Eni dan Mas Har kembali ke kantor. Sesampainya di sana, adik Eni yang bernama Irwan menyusul untuk membantuk Eni menyiapkan set sound system, disusul ayah mereka, Pak Salimin. Mereka bertiga tampak begitu kompak memasang
setting sound system sedemikian rupa. Pak Salimin tampak sibuk dengan kabel-kabelnya yang
agak kusut. Orang-orang kantor berlalu lalang tanpa ada yang menyadari bahwa bapak tua itu
adalah ayah Eni. Ternyata memasang settingan di tempat itu cukup sulit. Hingga Irwan
terpaksa harus bolos kuliah. Lalu karena agak kelelahan, Pak Salimin pun pulang terlebih
dahulu.

Sebelumnya, Eni diberitahu bahwa rapat akan dilaksanakan pada pukul 18.00 WIB. Irwan pun
terpaksa harus mengorbankan kuliahnya yang seharusnya pada pukul 16.30 karena dia pikir
harus standby sebelum acara dimulai. Apalagi sudah mepet waktunya. Detik demi detik Eni menunggu sambil melihat jam di hape dengan kondisi belum mandi dan lusuh karena capek. Eni kebetulan harus menjaga buku tamu rapat. Tapi Eni bingung kenapa sampai jam tujuh pun belum ada tanda-tanda rapat akan dimulai. Lalu Eni bertanya pada salah seorang teman Eni, Mas Dirga.

"Mas, acaranya mulai kapan sih? Katanya jam enam...kok ga mulai-mulai sih?", tanya Eni
kepada Mas Dirga
"Wah...acaranya mulai kan baru jam delapan nanti. Paling-paling molor sampe jam sembilan.",
jawab Mas Dirga"
Astaghfirullah...kalau memang mulai jam segitu, kenapa harus bilang jam enam?", batin Eni
"Kalau begini kan Irwan ga perlu nungguin dari tadi...", batin Eni lagi sambil sedih

Lalu selang beberapa waktu, jam sudah menunjukkan pukul 19.15. Tiba saatnya untuk mengisi
perut. Eni memanggil adiknya untuk makan terlebih dahulu. Eni agak sedih saat melihat
adiknya terdiam menunggui soundsystem di ruang rapat. Eni tidak tega melihat adiknya seperti
itu.

"Ya Allah..kasihan sekali adikku...dibela-belain bolos kuliah padahal acaranya jam
delapan...bukan jam delapan", ucap Eni dalam hati.
Setelah perut cukup terisi, kakak beradik itu kembali ke posisi masing-masing. Waktu
menunjukkan pukul 20.15, tak lama kemudian para undangan rapat mulai hadir. Akhirnya Eni
pulang sejenak untuk mandi.

Sesampainya di rumah, ayah Eni, Pak Salimin sudah bersiap menyusul Irwan karena sebelumnya anak laki-lakinya menelpon dan berkata bahwa ada sedikit masalah. Lalu sang ayah menyusul Irwan. Sesampainya di sana, bapak beruban penuh itu masuk dalam ruang rapat dan mendampingi Irwan, tetapi ternyata masalah sudah dapat diatasi oleh Irwan sendiri. Lalu Pak Salimin yang memang sudah tua itu lagi-lagi merasa agak lelah, dan akhirnya tertidur saat mendampingi anaknya itu.

Satu jam kemudian, Eni datang menyusul dan didapati rapat yang baru saja selesai. Di sana
banyak kudapan yang tidak dimakan oleh peserta rapat. Spontan keluarga kompak itu ikut-ikutan "membereskan" makanan tersebut bersama Pak Kirman yang bertugas membersihkan ruangan. Kudapan-kudapan terbengkalai itupun termuat ke dalam tas yang kebetulan dibawa oleh Eni.

Sesampai di rumah, keluarga itu menikmati hasil bawaan mereka bersama Ibu tercinta. Sambil
membahas acara rapat yang berlangsung sebelumnya.

Keesokan harinya, semua orang beraktifitas seperti biasanya. Tidak ada yang spesial. Lalu
Mas Har menanyakan pada Eni tentang masalah persewaan pada rapat sebelumnya.

"En..gimana kamu dapet bayaran dari Bu Rika ga masalah sound nya kemarin?", tanya Mas Har
"Wah...ga tau aku mas. Ga bilang apa-apa sih..", jawab Eni
"Lho gimana sih? Masa ga dibayar? Terus kemarin perjanjiannya gimana?, tanya mas Har lagi
"Ah Wallahualam mas...aku ga ngerti..dibayar ato gak, aku ga masalah. Yang penting aku
ikhlas kok..hehehehe..", jawab Eni menanggappi pertanyaan mas Har

Lalu teman yang lain menanyai Eni.

"En...gimana? kamu dah terima bayarannya belom?", tanya Randy teman sekantor Eni.
"Walah....ga tau tuh...kok pada tanya semua..emang kenapa?", tanya Eni
"Lho masa gak sih? Aku kemarin tanya Bu Rika ada anggarannya kok....", balas Randy
"Masss....aku ga peduli mau dibayar mau kagak.....aku juga ga akan ngemis duitku sendiri
misalpun ada anggarannya tapi ga diberikan.", jawab Eni agak kesal karena Randy cerewet
banget.

Sesampainya di rumah, Eni bercerita kepada keluarganya.

"Pak, kayaknya kita ga dibayar nih..hehehe...gapapa ya..anggep aja nyumbang..", ujar Eni
"Wah...agak keterlaluan sih...masa ga dibayar..tapi ya gimana lagi.", sahut Ibu Eni
"Hem....padahal aku bela-belain bolos...huh...sabar lagi sabar lagi..", sahut sang adik
"Yah sudahlah..mungkin emang harus gini. Ga masalah lah..yang penting kita masih bisa makan,
dan semua pasti ada hikmahnya.", tutur sang Ayah dengan bijak.

Begitu sabarnya Pak Salimin, hingga beliau tidak pernah mengharap sesuatu yang lebih. Sering
ditipu, sering ditindas, sering dijadikan korban keserakahan, tapi semua itu tidak membuat
Pak Saliman berputus-asa menghadapi hidup. Justru hal itulah yang selalu menginspirasikan
anak-anaknya untuk selalu berserah diri kepada Tuhan. Toh semua yang kita miliki ini
bukanlah milik kita. Hanya titipan dari Tuhan, seperti yang Pak Salimin sering katakan.

1 komentar:

  1. huweeeee mas kaze bikin blog juga, tak perawani dikikik ah,......

    hehehehe

    BalasHapus